Minggu, 19 Desember 2010

PROSA

                                               RIAK-RIAK LAUTAN HATI

Kembali lagi jari jemari ku menari diatas tust alat canggih yang membawaku ke dunia maya yang dapat mengurai indah dengan aksara-aksara yang menyatu adalah ungkapan dari samudra hati yang membentang luas dengan riak ombak dan kadang badai yang menyimpan misteri yang tidak terbaca namun adalah kenyataan.
                 Sebenarnya aku tak mampu dan hampir tak kuasa menarkan jari jemariku  ini,apalagi karena mataku yang terasa pedih dan sembab,kepalaku nyeri berdenyut ,ingin kubaur segala kegundahan itu dalam tidurku....tapi tak mampu jua.Mataku  terkatup rapat,pikiranku nanar jauh menerawang melayang entah kemana.Kucoba memutar memori yang tersimpan bagai  gambar vidio dilayar monitor,beraneka ragam masalah terlihat jelas.kuanalisa,kuevaluasi dan kucoba instrospeksi diri namun semuanya bak lingkaran setan tiada putus.Segalanya kutanyadan segalanya kujawab dan akhirnya berpulang padaku.
                 Kata -kata orang tua mulai menjadi kenyataan yang semula kuanggap hanya isapan jempol belaka atau tradisi petuah pada anak muda.Namun kini sudah kenyataan.
                                                                                                  Istanaku yang dulu riuh dengan gelak tangis bayi dan balitaku yang memukau dan sang arjuna ku bak payung peneduh mentari dikala siang ,bak selimut penangkis dingin dikala malam,bak tameng penangkis hujan dikala badai.Kebahagian yang bermakna semu
namun dapat dicerna kalbuku.Kedamaian kami reguk bersama.
                                                                                                         Namun kini istanaku hampir sepi dari semua itu saat aku menapak usia yang berkepala empat ini...........dua permata hatiku telah berangkat dewasa
dan aku mulai tertinggal dari mereka,namun bukan berarti lepas bebas.kewajibanku sebagai ibu semakin tercambuk dan selalu berpacu dengan waktu demi lembar-lembar berharga itu yang tiada kala pentingnya dari
belaian kasihku dan perhatianku yang serba prima untuk mereka semua ,sampai kepada sang "ARJUNA KU"
yang telah menjadi hukum alam.,sebagai raja dalam kehidupan seorang isteri.
                   Diam-diam dilubuk hatiku aku bangga .....tetapi jika saat-saat seperti ini tiba riak-riak ombak datang menerpa menghempas di karang karang cadas pantai ku.Rasa kecewa,rasa diabaikan,ras disepelekan
Kebanggaaan tadi kan sirna secepat kilat dan tak berbekas dan berbalik seratus delapan puluh derajat jadi benci.Aku beranggap hanya pekerja yang tiada arti .
                                                              Maka hati ini hancur berkeping-keping,nafasku terasa sesak detak jantungku meletup-letup,kepalaku rasa bergoyang ringan aku hampir sempoyongan hatiku bak gunung berapi
menanti akan memuntahkan lahar dan material kemarahan yang tiada terkendali lagi,muncrat meledak tiada batas melanda apa saja yang menghambat akan terbawa habis.........namun pelahan mereda jua, bagai pijar lampu meredup kehabisan minyak.......Air matakupun bergulir satu demi satu membasahi wajah senduku.
                         Semua kisah berpeta dipelupuk mata.hati memjerit meronta ingin lepas bebas dari duka yang menghimpit namun kutak kuasa.Segalanya rasa pengap dan hampa, aku seakan menyatu dengan bumi;.........
Semua mereka semakin  tiada jauh dariku,tak luput sang Arjuna semakin asyik dengankesendiriannya,kebisuannya dan ketertutupannya.dan aku semakin terpuruk sia sia yang seperempat abad yang mempelajari jiwanya dan mengikutinya .Rasa jenuh yang menyusup kalbu ku hampir tiada mampu
lagi berbuat seperti dulu lagi.Usiaku sudah menapak senja keputus asaan mudah menyelinap dijantung ku
rasa apatis terkadang mencekam sukma ku..........karena bagiku inilah jalan pintas yang terbaik demi terhindar dari stres dan stroke yang menyakitkan.....
                                                                Kini biarlah .......kalau aku harus jalan sendiri aku pasrah,aku rela.
Akan kucoba  menapak dan menyelusuri jalan bebatuan itu.,akan kucoba menapak hari ku yang masih terbentang  panjang meskipun penuh onak dan duri .Karena aku masih memiliki telaga harapan dan impian bagi camar-camar kecilku................

by.d.ria tobing
silindung 27 desember'92



l

Sabtu, 18 Desember 2010

SI EMBUN PAGI

                              SI EMBUN PAGI
Cermin(cerita mini)
        Entah karena menghayal atau karena kaki tersandung,buku dan diktat diktat kuliah  Anita jatuh berserak
dijalani arah kampus.Dengan wajah merona merah Anita memungut nya.Tetapi Anita tiba-tiba terhenti memungutnya justru sepasang tangan telah membantunya.Dua pasang mata saling bertatapan dan prya itu tersenyum.Anita membalas senyuman dengan penuh tanda tanya .Siapa ya...........
            - Maaf,....ini awal perkenalanku dengan mu,aku....Ibra. seraya menyodorkan beberapa buku ketangan
Anita.yang masih bingung namun pasrah
..          -Rumah mu dimanana?..boleh aku turut  dengan mu ?tambah Ibra lagi
            -Boleh ,tapi jangan nipu ya
            -Memang nya aku mirip garong?
 Jawab Ibra dengan senyum
            -Garong cinta ,kali.......balas Anita sambil tertawa dan jalan  bersama.
Begitulah awal perkenalan Anita dengan Ibra hingga menjadi sahabat kompak mereka sering tampak  berdua
dan pasti sudah benih benih cinta untuk hidup bersama sudah tergambar .Taaaapiiiii.......cinta murni  entah cinta bohongan penulis tak tahu.Pokoknya bagi Anita dan Ibra tiada lebih indah selain kisah cinta mereka,
dengan mekar dan harumnya bunga ditaman,,bersenandung lagu -lagu cinta bak  flm sinetron tanpa ada problem berarti.
              - Anita cintaku abadi pada mu.......ujar Ibra lembut seraya mempermainkan anak rambut Anita dikala mereka berduaan di si Pincur Panatapan ke Danau Toba yang indah.
              -Ahhhhh.......rayuan daluarsa " balas Anita menatap jauh ke kota kecil Muara dipinggiran danau
              -Sumpah mati ,....Nit seabadi gelora danau ini,ingat selagi danau ini tidak menimbulkan   tsunami.selama, angin Tao Silalahi tak henti bertiup........begitulah cintaku padamu.
Anita tibatiba  beralih pandang menatap mata Ibra dalam-dalam seraya tersenyum hatinya tak terima akan ucapan Ibra sepenuh hati,lalu
               -Puitis amat ,kata-kata mu ,Cinta masa kini beda Ibra "WAIT ON SEE" ajalah
               -Aku jujur " kata Ibra serius dengan expresi wajah  yang memelas.
              - Jangan-jangan hidungku ini penyok,bibirku dijahit karena koyak kau tak sudi lagi.
              -Itukan takkan terjadi dan jangan terjadilah.....itukan ilusimu belaka sayang......" kata Ibra lagi seraya meraih Anita pada pelukannya.







              -Sudah..sudah Ibra ....ngomomg yang benar aja,jangan ngombal lagi.Kita pulang hari sudah senja"
kata Anita seraya berkemas untuk pulang.
                                                               Rembang petang mengambang diufuk barat  Danau Toba Anita dan Ibra meluncur dengan sepeda motor Tiger Biru dengan tangan Anita melingkar erat dipinggang Ibra yang menambah kecepatan larinya motor sambil bercanda ria  dibawah siraman gerimis senja.Sayang,sekali tiba-tiba muncul sepeda motor lain dipersimpangan Ibra tak dapat mengendalikan sepeda motor Tiger Biru nya.Anita terpental demikian juga Ibra .Seketika orang ramai berkumpul dan mengangkut keduanya ke rumah sakit terdekat.
                       Ketika Anita sadar dari seluruh kejadian ia merasa kaget dan heran  mendapati dirinya sedang terbaring di bed rumah sakit.Dirabanya  wajahya ada perban .kemudian ia coba duduk meskipun rasa sakit mendera dan menoleh ke kaca jendela.samar samar ,Anita melihat perban menempel di hidung dan dibibirnya.
Lambat laun memory ingatan  Anita kembali beroperasi kejadian demi kejadian  berpeta lagi dipelupuk matanya.Anita menangis bukan karena  sakit.yang diderita.Tetapi mengingat Ibra yang tidak nampak batang hidungnya lagi.................
                                       Rura silindung.19 Des.2010
                                       by d.ria tobing.

GURU

                       GURU

Kita sumber ilmu beradu di padang kelabu
dengan kecambah-kecambah biru menepis debu
 akar serabut kecambah menunjang bumi bestari
kelopak daun merekah menari
menanti mentari menyinari
kita sirami kecambah kecambah biru
dengan alunan ilmu di buana
terkadang menambah kelopak daun .
pertanda pancaran ambisi
terkadang lamban kelopak mengembang
pertanda pancaran kendala
kita cari virus virus meradang
diantara rambut-rambut hati terbentang
terkadang kumeregang
terkadang kumenerawang
ku harus bertahan.....
degan metode ku
walau ada tantangan hambatan
ku bertahan dan kumenang
kecambah kecambah biru merekah ria
daun dialunan bayu sendu
tertancap kokoh diakar buana
tegar diterik mentari
tegar diterpa badai
itulah yang kunan....................
                                    puisi .d.ria tobing
                                    peanornor 2003.